Wednesday, January 11, 2012

Kapan Waktu Remaja Kita Tiba?

Masa remaja adalah masa yang penuh dengan berbagai kesulitan. hal ini disebabkan karena cepatnya masa transisi dari anak-anak ke remaja, panjangnya masa transisi, latihan untuk mandiri yang terputus, tingkat ketergantungan pada orang tua, status yang tidak jelas, tuntutan internal dan eksternal yang menimbulkan konflik, dan tingkat realisme atau motivasiyang tinggi untuk mengetahui dan mengenal sesuatu. Masa yang penuh dengan kesulitan ini bukan hanya bagi remaja itu sendiri, namun bagi orang tua dan masyarakat. pada masa ini juga dikenal dengan labilitas karena masa peralihan dari kanak-kanak ke masa remaja/dewasa.
Adapun tugas perkembangan pada masa remaja ini adalah ; Pertama, mencapai pola hubungan yang berbeda jenis kelamin. Kedua, mencapai peranan sosial sesuai jenis kelamin dan tuntutan sosial. Ketiga, menerima kesatuan organ tubuuh sebagai pria dan waniita serta menggunakanya secara efektif sesuai dengan kodratnya. Keempat, mencapai pola perilaku tertentu yang bertanggung jawab. Kelima, mencapai kebebasan emosional dari orang tua dan orang lain. Dan yang keenam, menpersiapkan diri untuk karir dan kemandirian ekonomi. 
Dari perkembangan remaja diatas, maka remaja sudah mampu berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak atau disebut juga dengan fase operasional formal. Ada lima pokok yang mendasar berkaitan dengan perkembangan berfikir formal tersebut yaitu ; pertama, cara berfikir remaja berkaitan dengan dunia kemungkinan. Kedua, karena mampu menguji hipotesis, maka muncul kemampuan pada mereka berupa penalaran secara ilmiah. Ketiga, para remaja mampu memikirkan masa depan dengan cara merencanakan dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan. Keempat, mereka mampu melakukan instropeksi diri sebagai akibat adanya kesadaran tentang aktifitas kognitif. Dan yang kelima, berfikir operasional formal memungkinkan terbukanya topik-topik baru dan perluasan cara berfikir. 
Namun kelemahnya adalah pola perkembangan emosi remaja sama dengan pola emosi pada anak-anak, tetapi perbedaanya terletak pada bentuk penyebabnya. pada anak-anak lebih banyak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat material konkrit, sedangkan pada remaja penyebabnya lebih bersifat abstrak. pelampisan emosi pada remaja tidak diekspresikan dalam bentuk yang meledak-ledak (menangis berguling-guling) tapi lebih pada gerakan tubuh yang bersifat ekspresif (tidak mau bicara, selalu mengkritik, dsb). Kematangan emosi pada remaja biasanya terjadi pada remaja akhir yang ditandai dengan ; Pertama, kemampuan untuk menahan diri untuk tidak melampiaskan emosi di depan umum. ia akan mempertimbangkan baik buruknya akibat yang ditimbulkan sampai dia menemukan cara yang tepat untuk melampiaskan emosinya. Kedua, kemampuan untuk mengevaluasi keadaan dirinya secara kritis. ia akan instopeksi terhadap peristiwa atau perlakuan negatif yang terjadi pada dirinya. Dan yang Ketiga, kemampuan untuk menunjukkan suasana hati yang tenang dan stabil. ia tidak akan mudah lagi berpengaruh oleh teman sebaya, karena apapun yang dilakukanya merupakan hasil pemikiran yang rasional. 
Tahap perkembangan berikutnya adalah perkembangan moral dan keagamaan. perkembangan moral pada remaja telah mencapai tahap moralitas hasil interaksi seimbang yaitu adanya internalisasi nilai moral dari orang tuanya dan masyarakat sekitar. pada akhir masa remaja perkembangan moral remaja berada pada tingkat pasca-konvensional sering juga disebut tingkat Otonom, dimana pada masa ini kehidupan dan perilaku moral dipandang sebagai penerimaan tanggung jawab pribadi atas dasar prinsip yang dianut. pada akhir masa remaja terdapat lima perubahan yang dapat dilukiskan sebagai berikut ; Pertama, pandangan moral menjadi abstak, manifestasi dari ciri ini adalah perilaku remaja yang suka saling menasehati sesama temanya. Kedua, pandangan moral sering terpusat pada apa yang benar dan apa yang salah. masalah keadilan merupakan masalah yang menarik dan merupakan kekuatan moral sehingga mereka menjadi antusias terhadap reformasi sosial. Ketiga, pertimbangan moral semakin mendasarkan diri pada pertimbangan kognitif. Keempat, perubahan dari egosentris menjadi sosiosentris. Dan yang kelima, penilaian moral secara psikis menjadi semakin mendalam, sehingga bisa menjadi sumber emosi dan terkadang menimbulkan ketegangan psikologis.

No comments: